AKHIRNYA
“sayangku, engkaulah makhluk Ilah yang Dia datangkan
untukku, sayangku, sungguh betapa bahagianya diriku karna bisa
memilikimu, sayangku, tiada seribu kata yang mampu aku lukiskan betapa
aku bahagianya saat ini, terima kasih ya Rabb, terima kasih sayang, aku
sayang kamu”
Sekiranya itulah isi dalam pesan singkat yang aku kirimkan,
Sebelum aku pergi mengemban tugas,
Tiada terkira hati ini sedih,
Meski dalam lubuk hati yang terdalam aku tidak ingin pergi meninggalkanmu lagi,
Masih jelas teringat raut wajahmu yang merasa berat melepasku pergi,
Dengan senyum khasmu,
Dengan manja khasmu,
Aku langkahkan kakiku dari hadapanmu berpamitan untuk bergegas ke Bandara,
Entah apa yang terbesit dalam benakmu kala itu,
Tetapi yang aku tahu,
Aku enggan untuk meninggalkanmu saat itu,
Aku enggan engkau sirna dari pandanganku tanpa sesiapa yang menemanimu,
Hari-hari semenjak aku pergi hati ini merasa begitu sepi,
Hampa! Itulah yang aku rasakan ketika engkau tak ada,
Namun apa yang mampu aku perbuat?
Aku pergi untuk menjalankan tugasku, tugas yang tidak bisa ditunda maupun dibatalkan,
3 bulan telah berlalu,
Saat terakhir engkau membalas kabar kepadaku seminggu yang lalu,
Semestinya hari itu engkau melarangku pergi!
Karena aku tidak kuat menahan rindu berkepanjangan!
Tidak berjumpa denganmu dalam waktu yang cukup lama,
Tetapi rasanya semua akan terbayar kini,
Hari-hari kepulanganku ke tanah air kian dekat dan tugasku pun sudah hampir selesai,
Akhirnya aku akan bertemu dengan pujaan hatiku,
“sayangku,
besok aku akan take off dari Bandara, kemungkinan tiga hari dari hari
ini aku sudah tiba di Bandara. Oh ya sayang, bagaimana keadaanmu di
Tanah Air? Semoga baik-baik saja ya, aku rindu kepadamu sayang. Sudah
dulu ya sayang, aku harus kembali menyelesaikan beberapa hal sebelum aku
meninggalkan Negara ini. Salam rindu, pujaan hatimu.”
Air mataku bercucuran dalam batin,
Serasa tak percaya saat terbangun aku sudah berada di Tanah Air,
Aku tak mampu membayangkan akan menjadi apa keadaan nanti,
Saat engkau melihatku sudah pulang,
Tangga pesawat aku turuni,
Langkahku mantap meninggalkan Airport Interntional of Soekarno-Hatta,
Bergegas menuju persinggahan,
Tak sabar rasanya aku ingin bertemu denganmu yang sekian waktu telah aku tinggalkan,
Betapa terkejutnya aku sesampainya dirumah kesayangan kita,
Aku melihat begitu banyak orang lalu lalang mengenakan pakaian serba hitam,
Terhias bendera berwarna kuning berkibar disudut-sudut tiang listrik maupun sudut-sudut bangunan,
Sementara dihalaman rumah banyak karangan bunga yang entah dari siapa,
Aku hanya dapat mengecutkan wajahku,
Karna memang aku tak sanggup berkata-kata,
Yang mampu aku perbuat hanya meneruskan langkahku untuk segera tiba dirumah,
Astagfirullah!!
Aku tak percaya apa yang aku lihat,
Aku tak bisa berucap sepatah katapun!
Aku lemas selemas-lemasnya!
Aku… Aku… aaarrrrgggghhhhhhhhhhhh…….!!
“mengapa semua menjadi seperti ini!?”
Engkau menangis tersedu-sedu diatas sebuah jasad,
Jasad yang tergolek, tidak bergerak maupun bernapas,
Inikah kenyataan yang terjadi?
Kawan-kawan sekantorku pun serasa tak pernah menduga bahwa semua akan begini jadinya,
Mereka tak menyangka bahwa akhirnya aku harus pergi mendahului mereka yang aku sayangi!
Aku merasa kehidupan ini tak adil bagiku!
Aku merasa kenyataan ini tak begitu adil dan adil!
Perlahan aku dekati dirimu yang mengharu biru,
Mencampakkan pandangan dari jasad tersebut,
Hanya kata “maaf” yang sanggup aku keluarkan,
Tiada sepatah kata yang lain aku berikan kepadamu,
“sayang,
maafkan aku, aku tak bisa menjagamu. Aku tak dapat melindungimu,
merawat anak kita dan mendidiknya hingga ia tamat dan sukses. Sayang,
semoga engkau tegar dalam menjalani kehidupan ini. Aku akan setia
menunggumu di Alam sana. I LOVE YOU!”
Ucapan terakhir yang tak sempat aku kirimkan dan engkau baca,
Selamat tinggal sayangku, Semoga cinta kita bisa menjadi Syafa’at untuk kita kelak,
Selamat tinggal dunia,
Aku menyayangi kalian semua!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar