seorang pelajar yang tinggal dalam kepelikan hati
menanti diri ku pada kediaman duniawi
di sana ku membantunya dengan cara memasuki pikiran
untuk menjelaskan apa yang belum terjelaskan
sepuntung duri menancap selalu dengan kekar
sampai berat terangkat dari tempatnya
semakin pelajar itu mencoba tandaskan
semakin dalam pegangan duri itu
susah memang setarakan getir-getir hidup dulu
teramat susah lagi bila tak mencapai dimana keberadaan kita seharusnya
perwakilan niat dengan penganugerahan ekspresi selalu mewakili dirinya
lantaran kegiatan twar-menawar terbiasa di lakukan
BILA SAJA BERKOMPROMI SANGGUP MENGGANTIKAN
MUNGKIN DIA ENGGAN MENITIP ATAUPUN MENULIS KISAHNYA SEPERTI INI
dahulu pelajar ini mencintai DEWI cantik parasnya dengan hati yang TULUS
akan tetapi perasaan ia saat itu bak bahan bakar kendaraan yang mudah tersulut oleh api
kecemburuan yang mengakibatkan ketandasan perjalanan romantikanya dengan sang DEWI itu
entah bagaimana cara sang pelajar itu mendeskripsikan perasaannya yang masih terbilang
mencintai dan menyayangi sang DEWI
hingga dia merasakan sakit acap kali menyaksikan apa yang terjadi
sampai tak terbentuk suasana hidup sang pelajar
lantaran keangkuhan hatinya yang tercipta dari karang yang
telah mencintai dan menyayangi sang DEWI dengan tulus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar