seorang manusia biasa,,, TIDAK LEBIH!!!!

seorang manusia biasa,,, TIDAK LEBIH!!!!
mereka yg memiliki nama EMAS di panggung DUNIA adalah mereka yg selalu mengutamakan kebenaran dan rasa kemanusiaan demi kepentingan orang banyak tanpa pernah memikirkan "BAGAIMANA KEHIDUPAN SAYA SENDIRI!!!!???" namun lebih kepada memikirkan "BAGAIMANA KEHIDUPAN MEREKA NANTINYA???!!!!"

Jumat, 04 Maret 2011

CURAHAN HATI-ku

Banyak sudah yang ku alami akhir-akhir ini, entahlah apa yang harus aku perbuat sekarang ini. Aku sudah buntu mencari solusi dari semua masalah ini, padahal aku tak mau semua ini terus berlanjut hingga aku sendiri tak bisa bergerak seperti sekarang ini. Aku ingin keluar sejenak dari kota yang begitu menyesakkan ini (Jakarta) namun bagaimana caranya aku keluar dari kepenatan ini? Semua yang aku kerjakan jelas mengudara di langit Ibu Kota. Dan takkan lama lagi semua kegiatan ku yang dahulu akan aku rasakan kembali akan tetapi satu sisi aku ingin terlepas dari kekangan rantai hidup (sejenak) lalu menjalaninya kembali.

Semua persoalan mulanya hanya setitik, kemudian ketika aku akan bergerak untuk menyelesaikan itu. Rongganya kian membesar peralahan. Dengan sontak aku bingung harus berbuat apa? Aku takut salah dalam mengambil keputusan, tiada seorang pun yang rela berbagi waktu padaku (saat itu). Aku hanya termangu dibalik duka yang begitu berlarut. Berspekulasi dengan waktu, bertaruh dengan masa depan. Memang aku adalah manusia yang begitu bodoh tak bisa tegas dalam berkeputusan. Tapi aku hanya seorang bocah yang masih minim akan pengalaman tentang arti berkoalisi.

Surat-surat kecil yang ku buat (note) didalam jejaring sosial, tak membuahkan hasil sebuah jalan menuju titik terang. Lama aku diam pada posisiku yang demikian, bersuguh pada dahaga lahirian, berlomba mamacu adrenalin demi seorang balita dalam lukisan kehidupan keluarga. Ah! Sungguh aku begitu lemah! Aku begitu lesuh! Memandang hari dimana cahaya mentari siap merangkulku. Membimbingku ke arah yang terpampang jelas menuju ruang kebebasan. Karna daya ku sudah terkuras habis untuk menerawang pemandangan di pinggiran kota dimana aku dilahirkan. Yang menjadi gudangnya orang-orang tak terjamah oleh tangan-tangan yang mulia.

Mereka semua terseok saat mengarungi samudera kehidupan ini, mereka semua tertatih menyambut melodi harapan. Sebab kehidupan di yang ada di Tanah Air ku sangatlah sukar untuk diretas! Lantaran harapana hanyalah seonggok tanaman putri malu yang mekar dalam pelangi. Kemudian aku mencoba untuk melayangkan sebuah surat, secarik surat berbentuk HyperText. Surat yang berisi jeritan-jeritan mereka semua yang dijalanan. Surat yang mengumandangkan jalinan kebersamaan, surat yang mengisyaratan jika keperdulian hanya cacian bagi lusuhnya seragam kerja tubuh berdebu.

Hanya karna semua taraf itu (harga-harga) kian meroket dan menjulang tinggi bagai menara Babyllonia. Saat tinggi, maka runtuh dan luluh lantah! Tak dapat lagi dibangun, sulit di renovasi. Karna memang menara (harga-harga) sudah kian merosot bahkan sudah bagai emas dan berlian. Ironis memang, tapi itulah rupa dari Negara yang aku cinta dan aku sayang. Sebuah ruang bangun berbentuk kepulauan tapi memiliki bentuk sistim serupa dengan bentuk bangun ruang yang penuh dengan daratan. Aneh! Aneh! TAPI NYATA! Lautan yang paling banyak! Bukan daratan!
Setelah semua persoalan itu mampu aku atasi, aku hanya kembali menjalani hari dengan kehampaan, tiada rasa, tiada asa, tiada lagi keinginan untuk terus maju menatap terang dibalik gelap. Memanjat ke atas permukaan lubang terpuruk demi meraih kebebasan gerak dari kekangan rasa penyesalan paling mendalam itu. Ya! Aku tahu! Aku harus bangkit! HARUS BANGKIT! JANGAN STUCK! JANGAN BERDIAM! Hidupku terus melesat, waktu terus melaju, semua harapan yang tak dimiliki orang-orang pinggiran itu haruslah aku gapai! Begitu beruntungnya aku yang masih dapat melompat melewati jurang nestapa kelam.

Hanya ada beberapa orang yang memiliki kesempatan seperti itu, suatu chance dimana keemasan tersimpan rapat dari balik peti permasalahan kelam! Ya! Dunia kekelaman sudah aku kecap, dunia ketegangan sudah pernah aku rasakan, dunia penuh kehik’matan pun sudah pernah aku jejali. Dan sekarang aku tinggal membagi semua konsep itu, menyusun semuanya lalu menjadikannya suatu FLOWCHART diri menuju kebahagiaan (Insya’alloh).

Saat semua sedang tenang mengalir, sebuah gugusan meteor jatuh melesak kedalam hati! Sebuah cinta yang kembali aku rasakan, setelah sekian lama tidak aku nikmati. Kini itu aku rasakan lagi, ah! Sungguh dahsyatnya aroma asmara muda ini! Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata yang indah sekalipun. Aku begitu basah kuyup terbasuh oleh air kasih sayangnya dan begitu segar saat cintanya ikut menyelimuti tubuhku dari air kasih itu. Terbuailah aku dalam media kehidupan dunia, laksana raja dan permaisuri, dunia serasa hanya milik aku dan dia saja sementara yang lainnya NGONTRAK!

Yang aku rasakan hanya pesona dan rona keindahan suka cita dari kata itu (Cinta), kata itu begitu tenang menyelinap masuk kedalam rongga jantungku (BUKAN HATI). Ia menari-nari seperti pesta tahunan di Negri Paman Sam (Amerika = musuhku), lonjak sana-lonjak sini mengikuti irama sentuhan gaun-Nya. Simfoni yang dimainkan pun terasa hambar! Saat perjalanan itu menginjak masa waktu 4 minggu, lantaran tidak ada hal yang membuat indah semuanya. Hanya kejujuran dan kejujuran yang kami lakukan. Hingga aku terdorong ke sudut ruangan (jantung), merana, meratap, menerawang. Suasana itu di perparah oleh ingatan ku akan sesosok malaikat kecil dalam keluarga ku (adikku). Aku melihatnya, aku memandangnya, mengingat hanya aku harapan satu-satunya di keluarga ku sebagai pengganti Bapakku kelak.

Galau lah aku sekejap. Rantai-rantai nestapa itu kembali menjerat tubuhku, membawaku masuk kedalam lubang keterpurukan, kegalauan, kelemahan, bahkan aku sering salah dalam mengambil sebuah keputusan yang begitu penting! Sebuah keputusan yang bagiku itu merupakan suatu jalan keluar dan ternyata itu hanya menambahkan persoalan. Kecaman yang datang dari luar, begitu deras ku rasakan dan aku mengambil semua nilai positif dari sana. Suatu energi dimana kita akan dapat melihat suatu lingkaran yang mengeluarkan cahaya. Masalah pun segera musnah, polemik dalam diriku akan pergi dari titik nadir yang menggelayutkan dirinya.

Perlahan aku mencoba melepaskan jeratan rantai itu, perlahan dan perlahan. Semua lancar aku kerjakan hingga sampai pada suatu liang dimana angkara murka dari zaman berhala datang menghantui ku sejenak. Menurunkan kembali daya semangatku untuk melepaskan rantai itu dari ragaku. Jatuh dan jatuh lagi, itu yang terjadi seketika. Tiada orang yang mau membantuku untuk melepaskan jeratan itu. Lalu aku mencoba meluapkan semua itu didalam suatu jejaring sosial milikku. Bukan sebuah dorongan (membantu) justru malah sebuah makian yang sekiranya membuatku merasa bahwa “apalah artinya sebuah jejaring sosial itu? Kegunaan jejaring sosial ialah suatu reotrika hidup, dimana buku diary sudah berevolusi seiring perkembangan zaman! Namun mengapa justru dalam jejaring itu tiada orang yang paham?! Malah mempermasalahkan suatu statement yang dibuat oleh kawannya? BUKAN membantunya untuk mencarikan solusi dari masalah yang dimiliki oleh kawan mereka!?”. Bah!!

Beruntung aku masih memiliki Dia (Alloh Ta’ala) yang selalu siap mendengarkan segala keluh kesahku selama aku dikarantina dalam dunia yang sudah tak ada lagi rasa keperdulian dan solidaritas. Semua rasa itu sudah PUNAH!! Semua rasa itu sudah HILANG!! Punah ditelan teknologi! Hilang digilas oleh zaman! Suatu persoalan yang sekiranya mesti kita pandang secara kritis! BAGAIMANA JADINYA JIKA RASA SOLIDARITAS DAN PERDULI SUDAH TAK ADA LAGI DI DUNIA INI?! Dimana para petani tak mau lagi perduli kepada orang-orang yang pemalas (kalian semua)?! Dimana para buruh tak mau lagi perduli kepada orang-orang seperti kalian?! Apa yang akan kalian lakukan ketika semua itu terjadi?! Menangis?! Menyesal?! Atau malah berdiam?! Berdiam serasa masak bodo! Berdiam seolah itu BUKAN masalah kalian?!

Ah sudahlah! Untuk apa aku persoalkan itu semua?! toh mereka tak ada yang mau mengerti! Yang mereka mengerti hanyalah bagaimana supaya menjadi nomor satu! Bagaimana supaya kesejahteraan mampir sejenak dalam hidup mereka! Lebih baik aku memikirkan solusi dari permasalahan ku dahulu baru aku mencari jalan keluar buat mereka. Bukan karna aku tak perduli, bukan karna aku tak solider tapi karna inti dari hidup ini ialah TIMBAL BALIK! Jika kalian ingin dipikirkan maka pikirkanlah masalah kawan kalian! SUATU MASALAH YANG MENURUT KALIAN ITU BUKAN MASALAH KALIAN DAN TIDAK MEMBAHAYAKAN BAGI KALIAN?! KELAK ITU AKAN MEMBAHAYAKAN DIRI KALIAN!!

Mengapa aku kembali menjadi mempermasalahkan itu? Ah!! Letih rasanya aku mencuap-cuap seperti ikan mas koki. Mencuap-cuap ku lakukan maka pipi ku yang betambah tembam (besar) karna sering berbicara yang orang lain tak mau dengar! Inilah realita dibalik Negara yang kita cinta! Inilah kenyataan dibalik Republik yang kita sayang! Suatu persoalan yang akan merubah itikad kita dalam memandang suatu kehidupan.