PERSEMBAHAN UNTUK IBU
Masa-masa keterpurukan pun telah usai kulalui, tiada lagi kini namanya
mengisi relung hatiku. Aku bebas!! Selamat tinggal masa lalu!! Welcome my
future, my destiny!!
“hah...
cukup lama aku tidak merasakan pikiran sesegar ini! Kira-kira sudah seberapa
jauhnya aku tertinggal dari impianku?” gumamku merayakan kemerdekaan dari
penjajahan perasaan karena Doni,
“ya... walaupun aku seorang perempuan namun bukankah setiap manusia diciptakan dengan kesempurnaan termasuk hati?” tambahku yang berbicara pada alam,
“ya... walaupun aku seorang perempuan namun bukankah setiap manusia diciptakan dengan kesempurnaan termasuk hati?” tambahku yang berbicara pada alam,
“besok, semua yang telah
meninggalkanku akan aku kejar!! Takkan kalah aku dari mereka!!” lanjutku
merasakan kemenangan sambil merebahkan tubuh diatas permadani rumput liar,
xxxxx
Selepas refreshing, aku menata ulang rencana untuk menyambut masa depan. Kali ini aku akan benar-benar serius dalam melangkah meraih mimpi!! Tiada kemalasan!! Takkan ada percintaan hingga nanti aku menikah! Ya, single, itulah yang aku pilih untuk saat ini.
Dan siang ini, aku harus menemui pak Rahmanto, kepala bagian percetakan disebuah majalah. Semua karya-karyaku akan aku sulap menjadi buku! Hal ini merupakan awal dari keberangkatanku menuju kehidupan yang baru! Maka, aku pun menghubungi beliau,
“Assalamu’alaikum.....” ucapku menyalami beliau,
Selepas refreshing, aku menata ulang rencana untuk menyambut masa depan. Kali ini aku akan benar-benar serius dalam melangkah meraih mimpi!! Tiada kemalasan!! Takkan ada percintaan hingga nanti aku menikah! Ya, single, itulah yang aku pilih untuk saat ini.
Dan siang ini, aku harus menemui pak Rahmanto, kepala bagian percetakan disebuah majalah. Semua karya-karyaku akan aku sulap menjadi buku! Hal ini merupakan awal dari keberangkatanku menuju kehidupan yang baru! Maka, aku pun menghubungi beliau,
“Assalamu’alaikum.....” ucapku menyalami beliau,
“Wa alaikumsalam.....” balas pak
Rahmanto diujung telepon,
“apa benar ini dengan bapak Rahmanto?” tanyaku
sambil merapihkan file-file di laptop yang akan ku tunjukkan kepadanya,
“iya
benar, saya sendiri.” Jawab beliau,
“ini saya
pak,Sofia. Yang kemarin chatt sama bapak.” Terangku pada pimpinan bagian
percetakan itu,
“oh...
iya-iya, saya ingat! Ada perlu apa yah?” tanya pak Rahmanto padaku,
“ya jadi seperti yang sudah saya sampaikan kemarin, bisakah tulisan-tulisan saya dibukukan, pak?” balasku yang tidak menjawab pertanyaan pak Rahmanto,
“oh bisa-bisa, datang saja, alamatnya sudah saya berikan kemarin.” Jawab beliau,
“ya jadi seperti yang sudah saya sampaikan kemarin, bisakah tulisan-tulisan saya dibukukan, pak?” balasku yang tidak menjawab pertanyaan pak Rahmanto,
“oh bisa-bisa, datang saja, alamatnya sudah saya berikan kemarin.” Jawab beliau,
“iya pak.
Baiklah, terima kasih ya pak, maaf sudah mengganggu waktu bapak.” Balasku
kepada bapak Rahmanto,
“sungguh,
inilah waktu yang aku nantikan sejak dulu. Tidak akan aku sia-siakan kesempatan
ini. Dan harus aku pilahkan mana saja yang bagus untuk dibukukan. Kalau perlu
semuanya saja aku bawa!” batinku merasa senang,
Aku pun mulai merapihkan data-data dilaptop dan memindahkan ke harddisk
eksternal. Agar aku bisa memperlihatkan dan memilih tulisanku yang mana saja
yang pantas dan layak untuk dimasukan ke bukuku.
Esok harinya aku berangkat ke kantor majalah serta percetakan generasi muda. Dengan perasaan yang berbunga ditambah semakin tumbuh rasa percaya diri, aku mencoba nasibku! Setelah bertanya kepada resepsionis, aku pun mulai menemui bapak Rahmanto. Di dalam ruangan beliau, aku menunjukkan semua hasil penaku. Beliau lama terdiam! Tidak ada komentar sama sekali! Takut, gelisah, semua menjadi satu!
Esok harinya aku berangkat ke kantor majalah serta percetakan generasi muda. Dengan perasaan yang berbunga ditambah semakin tumbuh rasa percaya diri, aku mencoba nasibku! Setelah bertanya kepada resepsionis, aku pun mulai menemui bapak Rahmanto. Di dalam ruangan beliau, aku menunjukkan semua hasil penaku. Beliau lama terdiam! Tidak ada komentar sama sekali! Takut, gelisah, semua menjadi satu!
“bagus, bagus semua karya Anda! Tapi....”
ucapan beliau tertahan,
“tapi apa
pak? Apa ada masalah lain?” tanyaku penuh rasa penasaran,
Beliau menjelaskan secara detail
maksud serta semua perihal tentang mencetak buku.
“jadi begitu saudari Sofi.” Ujar pak
Rahmanto menyudahi penjelasannya,
“kalau
memang demikian, bisa saja pak namun saya rasa tulisan saya masih ada yang
kurang.” Jelasku mencoba mengelak,
“ok, itu
pilihan saudari. Saya tidak bisa memaksa.” Ucap beliau seperti tahu maksud
perkataanku tadi,
Kami pun berjabat tangan lalu aku
meninggalkan kantor tersebut. Aku mulai kehabisan cara untuk bisa meraih
impianku. Padahal, aku yakin jika jalan ini adalah jalan yang terbaik bagiku.
Stuck! Itulah yang terjadi selama berbula-bulan selepas kejadian itu.
Lalu aku teringat suatu kalimat,
“dunia diciptakan untuk mereka yang berpikir dan kehidupan bukan untuk merasa putus asa!”
“dunia diciptakan untuk mereka yang berpikir dan kehidupan bukan untuk merasa putus asa!”
“ya! Aku
harus mencari cara lain supaya aku menggapai puncak kehidupanku! Aku tidak
boleh patah arang! Dunia ini pasti dapat aku taklukkan!!” batinku yang berusaha
menyemangati diri,
Berbulan-bulan hari-hariku kosong
tanpa ada yang aku kerjakan, selain mencari pekerjaan dari satu perusahaan ke
perusahaan lain, dari satu pabrik ke pabrik yang lain. Akan tetapi tak satu pun
panggilan yang aku peroleh! MALANG!! Itulah yang terbesit dalam benakku tentang
nasibku! Tulisan-tulisan tiada diterima! Panggilan kerja pun tak datang!
Hingga dibulan kesepuluh masa menganggurku, bunda memintaku untuk segera menikah!!
KAGET!! Entah apa yang harus aku katakan! Apalagi keadaanku yang belum kunjung
bekerja dan hal inilah yang akhirnya memaksaku menuruti permintaan bunda.
“semoga
aku dapat mengurus rumah tanggaku.” Batinku memberikan sugesti positif pada
diriku sendiri,
xxxxx
“ya,
itulah sebagian cerita yang ada didalam buku ini. Sebuah kisah yang dilakukan
oleh ibuku hanya agar masa depannya ceria. Sampai akhirnya ibu dijodohkan
dengan ayahku.” Ucapku yang menjelaskan kepada pers tentang karya ibuku,
“lalu,
bagaimana saudari bisa sebegitu yakin kalau semua buku ini bisa menjadi best
seller?” tanya seorang wartawan dari majalah generasi muda,
“ya, walau saya belum pernah melihat dan mengenal sosok ibu dari saya lahir tapi sangat tidak mungkin bila rasa percaya diri ibu saya sendiri tidak saya akui, karena itulah saya pun merasa yakin bila karya-karya alamarhumah ibu saya bisa menjadi best seller.” Terangku kepada semua awak media yang hadir pada konferensi pers,
“ya, walau saya belum pernah melihat dan mengenal sosok ibu dari saya lahir tapi sangat tidak mungkin bila rasa percaya diri ibu saya sendiri tidak saya akui, karena itulah saya pun merasa yakin bila karya-karya alamarhumah ibu saya bisa menjadi best seller.” Terangku kepada semua awak media yang hadir pada konferensi pers,
“lalu,
apa yang akan Anda lakukan setelah buku Sofia, hmm... maksud saya, karya-karya
ibu Anda best seller seperti sekarang ini?” tanya wartawan lain,
“yang
pasti, buku ini saya persembahkan untuk beliau yang sudah tenang disana dan
royalty dari penjualan buku akan saya sumbangkan kepada yang kurang mampu. Saya
yakin,ibu saya pun akan melakukan hal yang sama jika berada diposisi seperti
saya saat ini.” Jawabku kepada para kuli tinta,
“satu
lagi mbak....”
“satu lagi mbak....”
“satu lagi mbak....”
“maaf,
saya pikir acaranya sudah cukup!” ucap ayahku kepada semua sahabat wartawan
yang sudah hadir pada konferensi pers pagi ini,
Sesaat sebelum meninggalkan ruangan, aku melihat bayangan
seperti ibu disela-sela orang yang datang. Beliau tampak cantik dan memberikan
senyuman kepadaku. Barangkali karena tahu kalau karya-karyanya sudah menjadi
topik utama di semua media cetak maupun elektronik.
“ibu...
selamat ya bu. Tulisan-tulisan ibu kini menjadi buku yang paling laris
dipasaran dan masyarakat pun tahu bila sosok ibu benar-benar luar biasa. Semoga
ibu bahagia disana. Aku rindu ibu!” batinku ketika melihat bayangan seperti ibu
dan berlalu dari ruangan konferensi pers.
Jakarta, 22 Januari
2014
Karya : MUHAMAD REZA AQBAR PERDAWA
Karya : MUHAMAD REZA AQBAR PERDAWA
Judul : PERSEMBAHAN
UNTUK IBU
Pukul : 02:18 WIB